Pembicaraan mengenai perencanaan keuangan keluarga saat ini sangat marak di berbagai media massa yang ditandai dengan banyaknya tulisan di koran/majalah dan acara-acara di media televisi yang membawakan acara mengenai seluk-beluk keuangan keluarga.
Apakah masalah perencanaan keluarga adalah suatu topik yang benar-benar baru? Mungkin jawabannya benar bahwa masalah perencanaan keuangan keluarga adalah topik yang baru di Indonesia. Namun bila kita bicara mengenai keadaan di negara lain yang tingkat perekenomiannya sudah lebih maju, seperti di Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, dan negara maju lainnya, termasuk tetangga kita Singapura dan Australia, pemahaman dan pembahasan mengenai perencanaan keuangan keluarga sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sejak lama.
Salah satu alasan adalah mengapa kita baru mulai berbicara mengenai perencanaan keuangan keluarga adalah tingkat pemahaman dan tingkat kebutuhan dari masyarakat Indonesia mengenai apa dan bagaimana merancang suatu perencanaan keuangan keluarga.
Pada awalnya bila kita bicara mengenai keuangan keluarga kebanyakan di antara kita berfikir, keuangan keluarga hanya terbatas pada isyu belanja dapur, bayar listrik, dan pengeluaran rutin lainnya, yang notabene adalah urusan ibu ibu rumah tangga, malah seringkali kita serahkan kepada pembantu atau “mbok Inem”, sehingga tidak pernah terpikirkan dan terbayangkan bahwa mengelola keuangan keluarga memerlukan konsep, ilmu dan keahlian yang tidak kalah tingkat keilmuannya dibandingkan dengan pengelolaan keuangan perusahaan.
Alasan lainnya adalah secara kultural masyarakat kita masih merasa tidak acuh bila membicarakan mengenai kematian dini atau terjadinya suatu kecelakaan yang fatal terhadap diri kita bila dihubungkan dengan dampak keuangan terhadap keluarga yang kita tinggalkan atau keluarga yang bergantung secara finansial kepada produktivitas kita sebagai kepala keluarga atau sebagai orang tua.
Bila diperhatikan kondisi saat ini sangat berbeda, terutama dengan bertambahnya kelompok middle income di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, dan Bandung, di mana kebutuhan dan target kehidupan mereka lebih beragam. Untuk mencapai tujuan dari sasaran-sasaran tersebut, dibutuhkan adanya konsep pengelolaan keuangan keluarga yang tepat terutama yang sifatnya jangka panjang seperti pendidikan anak, pengadaan rumah, persiapan pensiun, pengelolaan investasi, dan proteksi.
Untuk mencapai suatu kondisi keuangan yang sehat, langkahnya adalah dengan memaksimalkan pendapatan yang dimiliki saat ini untuk mencapai tujuan di masa mendatang. Bagaimana caranya? Banyak hal seperti analisis risiko, analisis pengeluaran (budgeting), analisis neraca keuangan (asset, liabilities and net worth), analisis investasi (mengubah paradigma dari saving society to investment society), dan masih banyak lagi hal lainnya yang harus ditinjau serta dipertimbangkan sehingga perencanaan yang dibuat sesuai dengan perjalanan keuangan yang diinginkan.
Dalam pembahasan kali, tidak akan dapat disampaikan secara menyeluruh bagaimana konsep dari perencanaan keuangan untuk dapat mencapai kondisi keuangan keluarga yang sehat. Tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai pengantar, dan lebih fokus pada konsep dasar struktur keuangan keluarga yang baik secara jangka pendek.
Sebagai ilustrasi mungkin kita mulai dari pertanyaan “seperti apa bentuk keuangan keluarga yang sehat?”, seringkali kita mendefinisikan keuangan keluarga yang sehat adalah keluarga yang banyak uang kasnya, tapi kita lupa apakah keluarga tersebut punya liabilities atau utang yang harus dilunasi segara seperti utang KPR, utang mobil, atau utang usaha. Kalau dihitung secara matematis keluarga tersebut akan minus keuangannya karena utangnya lebih besar dari cash atau aset yang dimiliki.
Atau mungkin aset keluarga tersebut lebih besar dari utangnya, namun pada kenyataannya 70% dari aset yang dimiliki tersebut dalam bentuk tanah yang tidak dapat dijual dengan cepat bila keadaan mendesak sehingga bisa dikatakan secara likuiditas keluarga tersebut tidak sehat.
Jadi bagaimana mengelolanya? Secara prinsip, adanya alokasi yang seimbang antara pendapatan, pengeluaran dan tabungan sangat diperlukan untuk mendapatkan kualitas keuangan yang sehat.
Pertanyaannya, apa yang harus dimiliki dan secara sederhana dapat dilakukan oleh suatu keluarga untuk dapat dikatakan keluarga tersebut mempunyai kondisi keuangan yang relative sehat?. Berikut ini adalah konsep sederhana mengenai apa dan bagaimana mengelola keuangan keluarga:
Adanya arus pendapatan yang stabil. Artinya mempunyai prospek untuk berkembang, dalam hal ini diasumsikan bahwa sumber pendapatan berasal dari gaji yang datangnya setiap bulan. Keterbukaan antara suami dan istri untuk memberikan informasi mengenai besarnya pendapatan yang didapat setiap bulan (bila keduanya bekerja) sangat diperlukan untuk dapat dipergunakan sebagai tolok ukur terhadap alokasi pengeluaran dan investasi yang akan dilakukan.
Adanya dana darurat. Sebuah keluarga paling sedikit harus memiliki dana darurat yang besarnya minimal 3-6 kali pengeluaran regular per bulan. Bila pengeluaran regular bulanan keluarga adalah Rp 7 juta, minimal dana darurat yang harus disiapkan adalah Rp 21 juta-Rp 42 juta.
Tujuan dari dana ini adalah untuk mengkover bila terjadi suatu kasus risiko mendadak yang akan berdampak terhadap suatu keluarga seperti pemutusan hubungan kerja, sakit parah, dan juga dapat dipergunakan sebagai idle fund untuk kebutuhan mendesak lainnya mobil tertabrak atau rumah kebanjiran.
Bila Anda belum menyiapkan dana ini, saran kami mulailah untuk menyisihkannya terlebih dahulu. Dana tersebut diharapkan dapat terkumpul dalam waktu kurang dari dua tahun. Bila dana darurat sudah mencapai jumlah yang dicanangkan, dana alokasi per bulan yang sebelumnya diperuntukkan untuk dana darurat tersebut dapat dialokasikan ke tabungan pendidikan atau pos lainnya yang sifatnya investasi.
Manajemen pengeluaran: Pengelolaan pengeluaran adalah cara terbaik dalam mengatur cash flow keluarga, sangat disarankan seluruh pengeluaran dalam satu bulan dapat diketahui dan dicatat sebaik mungkin, baik itu pengeluaran yang sifatnya rutin atau insidentil, sehingga kita tahu kemana saja uang tersebut dipergunakan.
Dari kegiatan pencatatan pengeluaran seringkali kita dapatkan terjadinya suatu pemborosan yang tidak perlu, di mana harus dihindari kondisi “besar pasak dari tiang”.
Kondisi keuangan yang sehat dalam jangka panjang memiliki maksimal komposisi untuk pengeluaran sebesar 70% dari pendapatan bersih bulanan. Pengeluaran di sini sudah harus bisa mengkover pengeluaran untuk bensin dan pengeluaran sehari hari pada saat suami dan istri bekerja.
Tabungan jangka pendek. Ada baiknya kita menyisihkan sebagian dari pendapatan kita untuk disimpan. Simpanan ini nantinya dapat dipergunakan untuk tujuan yang sifatnya jangka panjang seperti untuk diubah menjadi dana investasi pada reksadana atau instrument lainnya bila jumlahnya sudah mencapai jumlah tertentu, atau dapat pula dipergunakan sebagai down payment pembelian rumah.
Alokasi dari dana ini sangat bergantung dengan tujuan keuangan yang dimiliki. Pertumbuhan dari tabungan jangka pendek dapat di percepat dengan adanya tambahan dana dari sumber pendapatan lainnya seperti dari pendapatan THR dan bonus akhir tahun.
Tabungan pendidikan. Tabungan pendidikan untuk anak dapat dimulai pada saat alokasi dana untuk dana darurat terpenuhi, seperti yang disebutkan di atas atau secara bersamaan. Dalam merencanakan biaya pendidikan harus dipertimbangkan jangka waktu dibutuhkannya biaya tersebut. Alokasikan tabungannya dalam bentuk investasi dengan tingkat bunga melebihi inflasi kalau kebutuhannya untuk tujuan pendidikan jangka panjang, misalkan untuk biaya kuliah dimana akan Anda sekarang baru berusia lima tahun.
Tabungan liburan/acara keluarga. Guna mengantisipasi pengeluaran yang cukup besar untuk ajang-ajang tertentu seperti acara liburan keluarga, mudik lebaran, merayakan ulang tahun anak. Ada baiknya kita juga menyisihkannya.
Sesuaikan besarnya kebutuhan ini dengan kondisi keuangan Anda sekarang. Di awal masa pernikahan hal ini relatif minimal karena banyaknya kebutuhan untuk membayar kredit seperti cicilan kredit mobil atau rumah.
Bayar zakat (sumbangan) dan jaga kesehatan. Tentunya bagi yang beragama Islam, Anda harus mengalokasikan dana untuk membersihkan pendapatan Anda sebesar 2.5% per bulan dari total pendapatan. Bagi Non-Muslim, yang kami tahu ada yang harus menyisihkan untuk hal ini sampai 10% dari total pendapatan bersih bulanan.
Hal ini sangat diperlukan agar keuangan Anda bukan saja sehat namun juga berkah. Dan jangan lupa menjaga kesehatan dengan rajin berolahraga, hindari rokok dan minuman keras. Karena dengan menjaga kesehatan kita sudah melakukan hal terpenting dari konsep risk management yaitu menjaga sustainable dari kelangsungan hidup keluarga kita dengan cara menghindari risiko terkena kemungkina meninggal di usia muda atau terkena critical illness.
Konsep di atas bukanlah konsep yang sudah baku dan sifatnya sangat jangka pendek, lebih ditujukan untuk menyadari pentingnya pengaturan keuangan dan perencanaan keuangan terutama dalam memahami perlunya keseimbangan dalam mengelola penerimaan, pengeluaran dan tabungan.
Pembaca diharapkan dapat menyadari adanya konsep ketidakpastian dalam hidup, seperti PHK, yang harus diminimalkan dampak finansialnya terhadap keluarga yang kita cintai.
Berangkat dari konsep yang sederhana di atas, diharapkan kita dapat menindaklanjuti dengan memulai untuk merencanakan keuangan yang lebih komprehensif. Kita bukan hanya belajar menabung, tapi kita belajar bagaimana mengembangkan dana yang kita miliki dengan melakukan investasi pada produk-produk yang sifatnya jangka panjang seperti saham, obligasi, reksadana dan lain lain.
Kita perlu untuk terus belajar perihal keuangan keluarga mulai dari bagaimana mengantisipasi tingginya inflasi, memilih produk asuransi apa yang cocok untuk tujuan dari perencanaan kita, hal penting lainnya berkaitan dengan keuangan keluarga adalah menyiapkan dan untuk masa pensiun. Beberapa topik ini sudah pernah kita bahas.
Pembahasan kali ini sekadar mengingatkan dan kami berusaha untuk terus menyampaikan hal-hal penting yang sebaiknya dilakukan oleh sebuah keluarga. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
PESAN
Mencapai kondisi keuangan keluarga yang sehat membutuhkan perencanaan yang menyeluruh dan dilakukan secara berkesinambungan.
Pendapatan regular bulanan merupakan salah satu aspek penting dalam perencanaan keuangan keluarga.
Persiapkan dana darurat untuk berjaga-jaga dari risiko musibah yang datangnya secara tiba-tiba. Alokasikan sebesar 3-6 bulan biaya pengeluaran bulanan.
Dengan pendapatan regular, tentunya kita membutuhkan manajemen pengeluaran yang baik agar pendapatan dapat dimanfaatkan secara maksimal guna memenuhi semua kebutuhan dan tujuan keluarga.
Alokasikan dana dari pendapatan untuk tabungan, baik itu tabungan untuk tujuan jangka pendek maupun jangka panjang seperti persiapan biaya pendidikan anak yang terus menanjak.
Akhirnya, sumbangkan sebagai dana yang Anda peroleh setiap bulannya sehingga uang Anda akan memberikan berkah bagi keluarga.
terima kasih kembali, maaf baru dibalas,
BalasHapusAlhamdulillah..
BalasHapus