Minggu, 30 Agustus 2009

Menjadi Hamba “Robbani” Bukan Sekedar “Romadhani”

Wahai semua orang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana puasa pernah diwajibkan kepada umat sebelum kamu, semoga kamu terpelihara” (Al Baqarah 183).

Begitu cepat waktu berlalu, tanpa terasa Ramadhan kembali akan kita jelang. Sungguh cepat rasanya perjalanan masa meskipun setahun tak pernah kurang dari 12 bulan. Demikian memang waktu terus berjalan, bergerak dan berputar sesuai dengan porosnya, mengikuti sunnatullah yang tidak bisa dihentikan, kecuali Allah semata. Perjalanan hidup manusia di dunia adalah merupakan waktu yang terus berjalan, dan kelak nanti akan ada pertanggungjawaban di akhirat, untuk apa waktu yang disediakan dalam hidup dipergunakan? Dan Allah SWT banyak bersumpah dalam kitab-Nya dengan menggunakan waktu; seperti yang banyak termaktub dalam Juz 30, disitu Allah bersumpah dengan waktu-waktu yang biasa demi dilalui oleh manusia. secara umum Allah menyebutkan; Demi masa (surat Al-Asr), dan secara khusus Allah menyebutkan demi waktu Fajar (surat Al-Fajr), Demi waktu Dhuha (surat Ad-Dhuha), demi waktu malam dan demi waktu siang (surat Al-Lail) dan lain-lainnya.. Tentunya sumpah tersebut mengisyaratkan akan pentingnya waktu yang harus diperhatikan oleh manusia dan kesempatan emas untuk dipergunakan sebaik-baiknya sehingga tidak menjadi orang yang merugi.


Allah SWT berfirman:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Al-Asr:1-3)
Dan dalam ayat lainnya Allah juga berfirman:
“(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (Al-Mulk:2)
Jadi inti dari terhindar dari kerugian terhadap waktu yang disediakan adalan iman dan amal salih.

Dan Allah mempergilirkan kehidupan ini, juga untuk melihat siapa yang memiliki jiwa juhud dan mendapatkan syahadah dalam hidupnya serta mendapatkan ridha dari Allah SWT.
“Dan masa itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’”. (Ali Imran:140)
Namun, syukur al-hamdulillah kita masih sempat menemui Ramadhan dan semoga semua kita dapat berpuasa sesuai dengan perintah Allah, dan menjadikannya waktu dan kesempatan berharga untuk memperbanyak ibadah, amal shalih dan aktivitas lainnya untuk mendapatkan rihda Allah SWT.

Kita tentunya merindukan kehadiran bulan Ramadhan sebagaimana rindunya Rasulullah SAW dengan bulan ini. Kita tentunya bahagia dengan hadirnya bulan Ramadhan sebagaimana Rasulullah saw bahagia menyambut bulan ini. Begitupun tentunya kita sangat senang dengan bulan Ramadhan yang kita jelang, sebagaimana Rasulullah saw sangat senang ketika bulan Ramadhan akan dijelang. Oleh karena itulah, sejak bulan Rajab, Nabi saw mulai banyak membaca doa :
“Ya Allah berkahilah hidup kami di bulan Rajab dan Syakban dan sampaikanlah usia kami hingga bulan ramadhan”.

Dan ketika menyambut terbitnya bulan sabit saat memasuki bulan Ramadhan, Nabi Muhammad SAW berdoa pula :
“Ya Allah, terbitkanlah (dan tampakkanlah) hilal kepada kami (diiringi) dengan keberkahan dan keimanan serta keselamatan dan keislaman, (jadikanlah dia) sebagai hilal kebaikan dan petunjuk, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Alloh.” (At-Tarmidzi (9/142), imam Ahmad (1/162), Ad-Darimi (2/7) dan lain-lain, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Al-Wabilush Shayyib, hal. 220).

Selama Ramadhan, Rasulullah SAW senantiasa memperbanyak ibadah dan amal kebajikan, termasuk infak, sedekah dan menyantuni fakir miskin. Dengan demikian, Ramadhan membawa berkah berupa peningkatan nilai keislaman, kekuatan iman dan keamanan, serta merebaknya kedermawanan.

Bulan Ramadhan dengan banyak keistimewaannya telah banyak kita dengar dan ketahui, nama yang tidak asing bagi umat Islam. Sayyidus suhur (penghulu bulan-bulan) adalah merupakan julukan yang sangat indah, bulan nuzulul Quran, bulan tarbiyah, bulan tarqiyah (peningkatan) taqwa dan amal ibadah, sebagaimana bulan ini memiliki banyak gelar sesuai dengan fungsi dan peranannya. Antara lain : Syahrul barakah (bulan penuh kenikmatan dan limpahan karunia), Syahrul Najah (bulan kemenanga dan pelepasan dari azab neraka), Syahrul Juud (bulan kemurahan), Syahrul Muwasah (bulan kepedulian dan memberi pertolongan kepada yang membutuhkan), Syahrul Rahmah (bulan penuh rahmat Allah), dan julukan-julukan indah lainnya.

Namun dari sekian banyak keistimewaan dan keutamaannya, sangat sedikit dari umat islam yang belum menyadarinya, atau mungkin mereka sadar tapi belum menyentuh lubuk hati mereka sehingga saat Ramadhan tiba, tidak ada raut wajah yang sumringah atau bergembira menyambutnya. Mengikuti amaliyah Ramadhan sebagai kegiatan ritual saja, sekedar melepas dan menggugurkan kewajiban atau sekedar adat (kebiasaan) yang sudah biasa dilakukan setiap tahun, sehingga setiap kali selesai bulan Ramdhan kepribadian seseorang tidak meningkat dan berubah, tetap seperti yang lama, yang berubah hanyalah umurnya saja, setiap hari terus bertambah.

Insya Allah, Kami mencoba menghadirkan kajian sederhana, yang berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan amaliyah Ramadhan, yang diberi tema “menjadi hamba “RABBANI bukan sekedar “RAMADHANI”. Dengan maksud bahwa ketika memasuki bulan ini kita dapat menjadi hamba yang benar-benar mengabdikan diri kepada Allah, taat dan patuh kepada perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, benar-benar menjadi hamba rabbbani bukan hanya ramadhani, yang tidak hanya sekedar melewati bulan ramadhan sebagai ritual tahunan tanpa makna, tidak hanya mengubah prilaku makan, menahan haus dan lapar disiang hari tanpa hasil yang berharga, melakukan tarawih di malam harinya, dan aktivitas ritual lainnya yang ada dalam bulan ramadhan tanpa ada perubahan dalam diri secara maksimal, namun berusaha untuk mengambil hikmah yang terkandung dalam segala aktivitas, ibadah dan amaliyah di bulan tersebut sehingga mendapatkan derajat yang paling mulia disisi Allah; yaitu Taqwa.

Karena itulah agar puasa tidak sia-sia, sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, maka hendaknya melakukan persiapan diri dengan cara :
1. Persiapan Ruhiyah; dengan cara membersihkan hati dari penyakit aqidah sehingga melahirkan niat yang ikhlas.
2. Persiapan Fikriyah; melalui pembekalan diri dengan ilmu agama terutama yang terkait secara langsung dengan amaliyah dan ibadah di bulan Ramadhan.
3. Pesiapan Jasadiyah; dengan menjaga kesehatan badan, menciptakan kebersihan lingkungan serta mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan teratur.
4. Maliyah; dengan menyiapkan diri menabung dan menyisihkan sejumlah dana untuk memperbanyak infaq, memberi ifthar kepada orang lain dan membantu orang yang membutuhkan.

Agar kelak menjadi hamba rabbani baik qobla (sebelum), atsna’a (pada saat) dan ba’da (setelah) ramadhan.

Namun menjadi hamba robbani tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan, perlu waktu, tenaga dan usaha terutama ilmu dan pengetahuan, karena setiap amal ibadah harus dilandasi dengan ilmu pengetahuan agar tidak terjerumus pada taklid, karena itu pula Allah SWT berfirman :

“… Namun jadilah kalian hamba Robbani, terhadap apa yang telah kalian pelajari dari kitab Al-Quran dan dari apa yang telah kalian kaji”. (Ali Imran:79)
Rasulullah saw bersabda :

”Andaikan umatku mengetahui apa yang ada dalam Ramadhan, maka ia bakal berharap satu tahun itu puasa terus.” (HR. Ibnu Khuzaimah).

“Bulan Ramadhan; di dalamnya pintu surga dibuka, pintu neraka di tutup dan syaitan-syaitan dibelenggu, di dalamnya pada setiap malamnya ada seruan; wahai para pencari kebaikan marilah kemari, dan wahai para pelaku kejahatan berhentilah”. (Thabrani)

“Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)”. (Ali Imran:8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar