Kehancuran suatu bangsa diawali dari kehancuran moralnya. Sejarah telah membuktikan bahwa kehancuran Bani Israil sebagaimana diceritakan dalam sebuah riwayat, diawali dari penyakit hati yang bersarang di dalam diri mereka. Penyakit-penyakit hati itu adalah:
- Sombong (al-kibru)
Mereka mempertanyakan perintah Allah sebagaimana diceritakan dalam surat 2:67-71. Mereka melakukan itu bukan karena tidak faham, tapi untuk mengelak dari perintah itu.
- Zhalim (al-baghyu) dan dengki (al-hasad)
- Meninggalkan amar ma’ruf dan nahi mungkar disingkat AMNM (tarakul amri bil ma’ruufi wannahyi ‘anil munkari)
Masalah ini bisa dilihat pada surat 5:78-79 dan 7:165
Kalau AMNM merupakan penyakit hati, maka melaksanakan AMNM bisa membersihkan hati (tazkiyyatun nafs). Inilah sebabnya materi AMNM masuk ke dalama materi tazkiyyatun nafs. Alasan lainnya adalah hubungan antara surat 91:9 dan 3:104. Dalam surat 91:9 disebutkan, “Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya.” Sedangkan di surat 3:104 disebutkan: “Dan hendaklah ada di antara kalian umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Dari keduanya dapat disimpulkan bahwa agar manusia beruntung harus selalu membersihkan diri, di antara langkah pembersihan diri adalah menyeru kepada kebaikan dan AMNM.
AMNM terutama kepada diri sendiri sebagaimana disebutkan dalam hadits yang menceritakan seorang da’i yang dimasukkan ke dalam neraka. Tatanan kehidupan yang mengabaikan AMNM akan hancur sebagaimana Bani Israil. Jadi AMNM di satu sisi merupakan wasilah tazkiyyatun nafs, di sisi lain dalam rangka mempertahankan tatanan kehidupan.
Dalam surat 9:71 Allah menempatkan AMNM mendahului sholat dan zakat, padahal dua amal ini dikenal erat kaitannya dengan tazkiyyatun nafs.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
“Demi jiwaku yang ada di TanganNya, kamu AMNM atau Allah akan mengirim kepada kalian siksa lalu ketika kalian berdoa tidak dikabulkan.”
Jadi antara tazkiyyatun nafs dan iqob Allah saling terkait.
APAKAH ITU AMNM?
1. DEFINISI AMAR MA’RUF
AL-MA’RUF adalah istilah yang mencakup setiap yang dicintai dan diridhoi Allah, baik berupa ucapan maupun perbuatan, berupa aktivitas lahir ataupun batin, sehingga meliputi aqidah, ibadah, peraturan, dan akhlak. Disebut ma’ruf (dikenal) karena fitrah yang lurus dan akal yang sehat mengenalnya dan mengakui sisi positif dan kebaikannya.
Sedangkan AMAR MA’RUF adalah mengajak manusia untuk melakukan yang ma’ruf dengan merangsangnya serta menyiapkan kemudahan-kemudahannya dan jalan-jalannya. Hal-hal yang mengantarkan dan memudahkan untuk pelaksanaan AM harus tersedia sehingga manusia tidak lagi beralasan untuk tidak melakukannya.
Contoh:
- Nabi Nuh AS ketika mengajak anaknya naik kapal, sudah terseida kapalnya
- Rasul SAW ketika melihat orang shalatnya tidak benar, beliau menuntunnya
Dari definisi AM di atas jelas bahwa PELAKSANA AM ADALAH PENGUASA.
2. DEFINISI NAHI MUNKAR
AL-MUNKAR adalah istilah yang mencakup setiap apa saja yang dimurkai dan diridhoi Allah baik ucapan maupun perbuatan. Dinamakan munkar karena fitrah yang lurus dan akal yang sehat akan menolaknya dan menyaksikan keburukannya, bahayanya dan kerusakannya.
Jadi munkar selalu mengarah kepada kejahatan yang merugikan dan merusak baik dampak kerusakan itu kepada pribadi maupun masyarakat, sebagaimana disebutkan dalam hadits kapal.
Seorang Muslim yang saling menopang satu sama lain tidak akan membiarkan saudaranya jatuh ke yang munkar.
Sedangkan NAHI MUNKAR adalah mengingatkan orang lain untuk tidak melakukan, menghalaunya dan menghalanginya serta memutuskan sarana-sarana (mencabut akar-akarnya) yang bisa menyebabkan kemunkaran.
3. MANFAAT PELAKSANAAN AMNM
a. Menjaga kebersihan hati
b. Selamat dari siksa Allah dan memperoleh keberuntungan dengan mendapatkan ridho Allah dan surgaNya (7:165. 3:104, 9:71-72, 5:78-81)
c. Terlindunginya dunia ini dari perubahan yang drastis dalam bentuk kejahatan dan kerusakan. Dalam hal ini mushlih berbeda dengan sholih, karena mushlih itu untuk diri dan masyarakat, sedangkan sholih hanya untuk dirinya sendiri. Lihat surat 11:116-117: “Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa. Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan (mushlihun).” Lihat juga hadits kapal, surat 2:251 dan 22:40.
d. Menegakkan hujjah kepada orang-orang yang membangkang dan yang melakukan ma’shiyat. Lihat surat 5:19: “Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah dating kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul, agar kamu tidak mengatakan: ‘Tidak datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan.’ Sesungguhnya telah dating kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Lihat juga surat 4:165, 7:164, dan 67:6-9.
e. Mengingatkan orang lalai dan menyelamatkan orang yang tenggelam dalam kema’shiyatan. Manusia salah itu wajar karena dalam dirinya ada unsure yang mendorong ke kejahatan, tapi salah itu bukan tabiatnya. Surat 7:164 menyebutkan bahwa AMNM itu sebagai hujjah (معذرة) dan agar mereka takut (لعلهم يتقون). Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa kalau engkau memegang benih sedang engkau tahu kiamat segera dating, tanamlah benih itu.
f. Untuk menumbuhkan sensitivitas terhadap makna-makna ukhuwwah, ta’awun dan kepedulian terhadap umat Islam satu dengan lainnya. Kepedulian itu bukan hanya dengan mengangkat problem-problem besar dunia Islam, tapi AMNM pun masuk ke dalamnya.
4. DAMPAK NEGATIF TIDAK DILAKSANAKANNYA AMNM
a. Kotornya hati karena lambat laun akan memberikan ta’tsir kepada diri kita
b. Mendatangkan murka Allah di dunia dalam bentuk
- laknat dan dijauhkan dari rahmat Allah, di samping akan menimbulkan saling membenci dan perpecahan. Lihat hadits yang menafsirkan surat 5:78-81
- yang akan dijadikan pemimpin adalah orang-orang jahat yang tidak memiliki belas kasihan dan tidak dikabulkan doanya orang-orang yang sholih sekalipun. Imam Ahmad meriwayatkan: Suatu ketika seorang tabi’in mendekat ke Hudzaifah lalu Hudzaifah berkata: “Dahulu orang mengucapkan kalimat di masa Rasulullah lalu dianggap munafik, sedangkan aku mendengar orang mengucapkan kalimat itu di satu tempat sampai empat kali. Kalian AMNM serta menganjurkan kebaikan atau Allah akan murka kepada kalian dengan menurunkan siksaNya atau Allah akan menjadikan pemimpin-pemimpin kalian orang-orang yang paling jahat dan orang-orang pilihan di antara kalian berdoa kepada Allah tapi Allah tidak mengabulkannya.”
c. Memberikan peluang kepada orang-orang yang malas dan pelaku-pelaku ma’shiyat alasan untuk berdiam diri dengan alasan bahwa mereka tidak mendapati orang yang menunjukkan kebaikan serta mengingatkan mereka.
d. Menyiakan-nyiakan kelompok besar dari kalangan manusia yang hanya bersenang-senang dengan kelebihan yang dimilikinya dan kesucian jiwanya, akan tetapi aktivitas-aktivitas kehidupannya telah memalingkannya dari iltizam terhadap Islam dan berbuat untuknya (7:164)
e. Hilangnya perasaan aman di kalangan manusia baik terhadap diri mereka, keluarga, maupun hartanya. Ini bila AMNM sama sekali tidak ditegakkan ataupun ditegakkan tidak sebagaimana mestinya.
5. SYARAT WAJIBNYA AMNM
a. Taklif, yakni usia baligh
b. Mempunyai kemampuan (minimal)
c. Selamat dari bahaya sekalipun baru berupa prediksi baik kepada diri, harta, keluarga maupun jamaahnya
d. Mengetahui terjadinya kemunkaran
e. Dengan pelaksanaan AMNM tidak menimbulkan kemunkaran yang lain yang kadarnya sama atau lebih besar
f. Tema AMNM adalah yang disepakati umat Islam bukan yang diperselihkan. Contoh: seorang masyayikh di Masjid Nabawi menengahi dua orang pemuda yang memperdebatkan menggerak-gerakkan tangan ketika tahiyyat dengan berkata: “Kalau menggerak-gerakkan tangan (menembak) di Afghanistan itu wajib, sedang yang di sini tidak perlu diperdebatkan.”
6. ADAB AMNM
a. Ilmu
b. Taqwa atau mataanatud diin, yakni mengamalkan apa yang dituntut oleh ilmu dan menjauhi dari syubuhat, kemudian mendekatkan diri kepada Allah di setiap saat sampai ke tingkat tsiqoh dan berhak untuk mubaya’ah (surat 61:1-2)
c. Lemah lembut. Lihat surat 16:125, 18:19, dan 20:44 serta hadits di Riyadhush Shalihin I halaman 513-517. Rasulullah SAW juga pernah bersabda:
إن هذا الدين متين فأوهلوه برفق (sesungguhnya agama ini kokoh, maka masukilah ia dengan perlahan-lahan).
d. Sabar dan tabah (32:24, 41:33-35, 31:17)
e. Ikhlas
7. FAKTOR LAIN YANG DAPAT MEMBANTU AMNM
a. Mengingat bahwa AMNM adalah perintah Allah dan RasulNya
b. Selalu memperhatikan manfaat pelaksanaannya
c. Memperhatikan informasi-informasi yang diberikan Al-Qur’an
d. Senantiasa mengkaji sejarah umat Islam yang terkait dengan pelaksanaan AMNM
e. Yakin bahwa dengan melaksanakan kewajiban ini tidak akan mengurangi umur dan rizki
f. Mujahadah terhadap dirinya untuk mencapai persyaratan AMNM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar