PENGERTIAN SHABAR
1. secara bahasa : menahan, mengekang.
2. secara terminologi Qur-an : Menahan diri atas sesuatu yang tidak disukai dan/atau disukai karena mengaharap ridha Allah.
NASH PEWAJIBAN SHABAR
QS. An Nahl : 126-127
Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bershabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang shabar. Bershabarlah (hai, Muhammad) dan tiadalah keshabaran itu melainkan dengan pertalangan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.
QS. Al Kahfi : 28
Dan tahanlah dirimu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-nya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaanNya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka.
JENIS-JENIS SHABAR
Karena sesuatu yang tak disukai adalah beraneka ragam dan banyak sekali, maka aspek keshabaran mestilah luas sekali. Pengelompokannya adalah sebagai berikut :
1. Shabar Fisik
Contoh : menahan sakit/luka, memikul benda berat, dsb.
2. Shabar Non Fisik
Contoh : ‘iffah (menahan syahwat perut & kemaluan), syaja’ah (menahan rasa takut dalam perang), qana’ah (berpuas diri dengan yang ada di tangan), zuhud (shabar dalam kelapangan), hilmu (mengekang kemarahan), dsb.
SHABAR ADALAH CIRI KHAS MANUSIA
Al Ghazali menjelaskan dalam Ihya’ ‘Ulumuddiin, Juz V, hal 62-63 bahwa :
Hewan dikuasai sepenuhnya oleh syahwat. Ia tidak memiliki daya dorong (shabar) untuk melawan dan menolak keinginan syahwat dari dalam dirinya. Sebaliknya malaikat, ia dibersihkan dari syahwat sehingga cenderung mendekat kepada kesucian. Ia tidak membutuhkan daya dorong (shabar) untuk melawan dan menolak syahwat, karena tidak memilikinya.
Oleh sebab itu shabar adalah kekhasan manusia, sesuatu yang tak terdapat pada hewan sebagai faktor kekurangannya dan pada malaikat sebagai faktor kesempurnaannya. Sifat yang membedakan manusia dari hewan dalam menentang syahwat dan menundukannya ini dinamakan daya dorong relijius. Sedangkan tuntutan syahwat disebut daya dorong syahwat (al hawaa’). Keduanya senantiasa berperang dalam seuatu medan peperangan yang disebut qalbu. Maka, shabar adalah ungkapan tentang ketegaran dorongan relijus dalam melawan dorongan syahwat. Orang yang senantiasa menghadirkan perlawanan terhadap syahwat bahkan tegar dan mampu mengalahkannya, maka ia mencapai maqam orang-orang yang shabar.
Shabar bukan masalah sekunder dan pelengkap, tetapi masalah primer yang dibutuhkan manusia untuk meningkatkan kualitas material dan moralnya, untuk mencapai kebahagiaan individual dan komunal.
FAKTOR PEMBANGKIT SHABAR
Satu-satunya shabar yang diakomodir dalam syari’at Allah ini adalah shabar karena Allah. Adapun shabar yang diunggulkan Allah adalah shabar pada waktunya.
KEUTAMAAN SHABAR
Shabar dalam Islam menempati kedudukan yang tak dapat ditandingi oleh peribadatan yang manapun juga, dengan keunggulan-keungulan sebagai berikut :
1. Shabar adalah ciri keimanan (QS. Al Baqarah : 177)
2. Shabar adalah ciri khas yang hanya ada pada manusia
Imam Al Ghazali menjelaskan : “Shabar merupakan refleksi ketegaran dorongan religius atas perlawanan terhadap dorongan syahwat.”
3. Shabar adalah kebutuhan duniawi dan keagamaan.
Abu Thalib al Makki : “Ketahuilah bahwa banyaknya kemaksiatan yang dilakukan adalah karena dua hal :
a) sedikitnya keshabaran atas hal-hal yang disenangi
b) sedikitnya keshabaran atas hal-hal yang tak disukai .”
4. Shabar adalah kebutuhan pokok semua orang terutama kaum mu’minin.
5. Shabar adalah pembersihan orang-orang yang afkir dan/atau munafiq dari komunitas mu’min.
6. Shabar adalah pembinaan, penyucian hati dan pembersih timbangan pahala orang-orang mu’min.
BAGIAN 2
LAPANGAN KESHABARAN
Shabar di dalam Qur-an memiliki banyak lapangan penerapan, yang dikategorikan kepada salah satu dari dua hal ini, yaitu keshabaran atas hal-hal yang disenangi dan keshabaran atas hal-hal yang tak disukai.
1. Shabar atas Cobaan Dunia (Al Baqarah : 155-157)
2. Shabar dari Dorongan Keinginan Hawa-nafsu (Al Anbiyaa’ : 35, An Nahl : 126, Al Fajr : 15-16, Al Munaafiquun : 15, Ali Imran : 14-15, Al Qashash : 79-80, Thaahaa : 131, Al Mu’minuun : 55-56)
3. Shabar dalam Thaat kepada Allah SWT (Maryam : 65, Thaahaa : 132)
4. Shabar atas Bebanan Da’wah (Luqman : 17, An Nahl : 127, Ali Imran : 187, Al Muzammil : 10, Ibrahim : 12, Al An’aam : 34)
5. Shabar dalam Interaksi Sesama Manusia (An Nisaa : 19, Al Hujuraat : 4-5,
6. Shabar dalam Pertempuran (Al Baqarah : 177, Al Anfaal : 45-47, 65-66, Ali Imran : 142-146)
BAGIAN 3
FAKTOR PENGUAT KESHABARAN
Shabar di dalam Qur-an memiliki banyak lapangan penerapan, yang dikategorikan kepada salah satu dari dua hal ini, yaitu keshabaran atas hal-hal yang disenangi dan keshabaran atas hal-hal yang tak disukai.
1. Mengetahui Watak Kehidupan Dunia (Ali Imran : 140)
2. Mengetahui Watak Manusia (Al Balad : 4)
3. Meyakini akan Balasan Baik di sisi Allah (Al Ankabuut : 58-59, An Nahl : 96, Az zumaar : 10)
4. Meyakini Selalu Adanya Jalan Keluar (Yusuf : 87, Ath Thalaq : 7, Al Insyiirah : 4-5, Al Mu’min : 5, Al A’raaf : 128, An Nahl : 41-42)
5. Meminta Pertolongan Allah (Al A’raaf : 128, Ibrahim : 12, Al Baqarah : 214)
6. Bertauladan kepada Orang-orang Shabar dan Teguh Hati
7. Menjauhi Penyakit & Perusak Keshabaran:
a. Isti’jaal (al Anbiyaa’ : 37)
b. Marah (Al Qalam : 48-50)
c. Sedih hati dan sempit dada (An Nahl : 127)
d. Putus asa (Ali Imran : 139-140, Al A’raaf : 128-129)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar