Jumat, 04 September 2009

Adakah Istirahat dari Berjihad? (Bag II)

Turunnya NashruLLAAH pada Para Mujahid yang Sabar Walaupun Sedikitnya Jumlah Mereka dan Ketidakbutuhan ALLAAH SWT Terhadap Pertolongan Manusia
Berkata Imam Abu Ja’far: Ini adalah pernyataan ALLAAH SWT kepada para sahabat Rasul SAW, bahwa IA lah yang bertanggung jawab menolong Nabi SAW dari musuh-musuh agama-NYA dan memenangkannya baik mereka membantu ataupun tidak, serta peringatan-NYA bahwa IA berkuasa menolong Nabi-NYA saat dalam jumlah sedikit (2 orang) dikepung musuh sedemikian banyak, maka apatah lagi saat kaum muslimin sudah banyak..?![1] Di dalam Shahih Bukhari & Muslim disebutkan bahwa Abubakar RA berkata pada Nabi SAW saat berada di dalam gua: Wahai RasuluLLAAH, seandainya salah seorang dari mereka melihat melalui bawah kakinya maka niscaya mereka akan melihat kita. Maka Nabi SAW menjawab: Wahai Abu Bakar! Bagaimana dugaanmu tentang 2 orang yang ALLAAH adalah yang ketiganya..?![2]


Dan semua perjuangan jihad yang dilakukan haruslah dengan niat yang ikhlas demi menolong agama ALLAAH SWT dan menegakkan syari’ahnya, bukan demi kepentingan pribadi, harta, jabatan, dsb. Karena semua tujuan itu telah direndahkan dalam ayat ini, bahwa tujuan seorang mujahid haruslah menjadikan Kalimah ALLAAH menjadi Tinggi dan Kalimah orang Kafir menjadi rendah. Dalam Ash-Shahihain disebutkan bahwa Nabi SAW ditanya tentang orang yang berjuang karena menunjukkan keberaniannya, ada pula yang karena fanatisme, ada pula yang karena ingin dipuji, maka kata nabi SAW: “Barangsiapa yang berjuang dengan niat untuk menegakkan Kalimah ALLAAH menjadi Tinggi, maka itulah FII SABILILLAAH!”[3]
Dalam ayat ini juga diberikan sebuah contoh loyalitas dan tadhhiyyah luar biasa dari seorang jundi kepada qiyadahnya, kesetiaannya dalam berjihad di belakang qiyadahnya baik dalam keadaan lapang maupun sempit, susah maupun senang, semangat maupun malas. Imam Al-Qurthubi berkata dalam tafsirnya tentang makna ayat ini: Jika kalian tidak mau menolong Nabi SAW dalam perang Tabuk ini, maka sungguh ALLAAH SWT telah memberikan sahabat yang jauh lebih baik dari kalian (yaitu Abu Bakar RA), telah berkata Imam Laits bin Sa’d: ALLAAH SWT tidak memberikan seorang sahabat pada para Nabi yang lain yang lebih setia dari Abu Bakar RA, berkata Sufyan Ibnu ‘Uyainah: Abu Bakar RA adalah sahabat yang dijadikan contoh teladan tertinggi melalui ayat ini[4].

Jihad Harus Dilakukan Baik Saat Malas Maupun Semangat
Berkata Imam –muhyis sunnah- Al-Baghawy menyitir pendapat para sahabat Al Hasan, Adh-Dhahhak, Mujahid, Qatadah & Ikrimah bahwa makna khifafan wa tsiqalan: Syubbanan wa Syuyukhan (baik sudah tua atau muda); berkata Ibnu Abbas: Baik sedang semangat maupun malas; berkata ‘Athiyyah Al-Aufy: Baik punya kendaraan ataupun berjalan kaki; berkata Abu Shalih: Baik miskin maupun kaya; berkata Ibnu Zayd: Baik ada yang dikuatirkan maupun tidak ada yang ditakutkan[5]. Imam Ibnu Katsir menambahkan, berkata Al-Hakam Ibnu ‘Utaybah: Sedang sibuk maupun tidak sibuk, bahkan ada seorang yang minta izin tidak ikut berjihad karena badannya yang amat gemuk bernama Al-Miqdad tetapi ALLAAH SWT malah menurunkan ayat ini[6]. Sayyid Quthb menambahkan: Demikianlah contoh-contoh totalitas para sahabat Nabi SAW dalam jihad menegakkan Kalimah ALLAAH, sehingga berkembanglah Islam dengan cepatnya dan semerbaklah dunia dengan cahayanya, bergeraklah semua hati-hati manusia dari penyembahan manusia atas manusia, menuju penyembahan hanya kepada ALLAAH SWT saja, dari kerendahan perbudakan agama-agama menuju ketinggian dan kesucian Islam, dan berakhirnya jihad adalah setelah ia berhasil membebaskan hati manusia kepada kemerdekaannya yang abadi, yaitu hanya tunduk dan merendahkan diri di hadapan Pencipta-NYA[7].

Imam Asy Syaukani menambahkan bahwa ayat ini bersifat muhkamat sehingga tidak ada nasakh baginya, hanyalah diberikan kelonggaran bagi mereka yang disebutkan dalam QS At-Taubah, 9:91 dan An-Nur, 24:122 saja[8]. Dalam ayat ini pula dikenal riwayat seorang sahabat yang lanjut usia bernama Abu Thalhah RA, demikian tuanya sehingga alisnya seluruhnya telah putih dan jatuh dimatanya, saat membaca ayat ini ia berkata: Jahhizuni ya bunayya..! (Siapkanlah bekalku wahai anak-anakku), maka berkatalah anak-anaknya: yarhamukaLLAAH..! Sungguh engkau telah berjihad bersama Nabi SAW sampai beliau wafat, lalu bersama Abu Bakar RA sampai beliau wafat, lalu bersama Umar RA sampai beliau wafat, lalu setelah itu tugas kami lah untuk meneruskan. Tetapi ia menolak, lalu ia meninggal di tengah lautan, dan mereka tidak menemukan daratan kecuali setelah 9 hari lamanya, tetapi jenazahnya sedikitpun tidak berubah, sehingga ia bisa dikuburkan di daratan[9]. RahimahuLLAAHu Abu Thalhah, semoga kami yang muda ini bisa meneladani semangat juang beliau, aamiin ya RABB…
(Bersambung Insya ALLAAH…)
___
Catatan Kaki:
[1] Tafsir At-Thabari, XIV/257
[2] HR Bukhari no. 3653; Muslim no. 2381; Ahmad dlm Musnad-nya I/4
[3] HR Bukhari no. 2810 & Muslim no. 1904
[4] Tafsir Al-Qurthubi, I/2433
[5] Tafsir Al-Baghawy, IV/53
[6] Tafsir Ibnu Katsir, IV/157
[7] Azh-Zhilal, IV/33
[8] Fathul Qadir, III/257
[9] Tafsir Ibnu Katsir, IV/156; haditsnya di-shahih-kan oleh Imam Abu Ya’la Al-Mushili dlm shahih-nya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar