Jumat, 04 September 2009

Adakah Istirahat dari Berjihad? 1

“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan ALLAAH, kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya ALLAAH menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudaratan kepada-Nya sedikit pun. ALLAAH Maha Kuasa atas segala sesuatu. Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka Sesungguhnya ALLAAH telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang, ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya ALLAAH beserta kita. Maka ALLAAH menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan menjadikan kalimat orang-orang kafir itu rendah dan kalimat ALLAAH itu tinggi. ALLAAH Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan ALLAAH, yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu Amat jauh terasa oleh mereka. mereka akan bersumpah dengan (nama) ALLAAH: Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersamamu. Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan ALLAAH mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. Semoga ALLAAH memaafkanmu, mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta? Orang-orang yang beriman kepada ALLAAH dan hari Kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. dan ALLAAH mengetahui orang-orang yang bertaqwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ALLAAH dan hari Kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi ALLAAH tidak menyukai keberangkatan mereka, Maka ALLAAH melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu. Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. dan ALLAAH mengetahui orang-orang yang zhalim. Sesungguhnya dari dahulu pun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur pelbagai macam tipu daya untuk (merusakkan) mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan ALLAAH) dan menanglah agama ALLAAH, Padahal mereka tidak menyukainya. Di antara mereka ada orang yang berkata: Berilah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah. Ketahuilah bahwa merekalah yang telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi perang). Dan mereka berpaling dengan rasa gembira.” (QS. At Taubah: 38-50)

Sabab Nuzul:
Imam Al-‘Ayni dalam saat men-syarah Shahih Al Bukhari dalam kitabnya[1] menyatakan bahwa ayat ke-38 di atas turun saat Ghazwah Tabuk, menghadapi pasukan Romawi, yang bertepatan dengan saat ranumnya buah-buahan di Madinah (musim panen Kurma), lalu musim panas sedang amat teriknya[2], maka sebagian mukminin ada yang tertinggal tidak ikut berperang[3], juga dengan perjalanan yang amat jauh (letak Tabuk sekitar 600 km jauhnya dari Madinah, sehingga perang ini disebut juga Ghazwah ‘Usrah/perang yang amat sulit)[4]), dan menghadapi musuh yang amat banyak serta kuat[5]. Imam Al-Qurthubi menambahkan bahwa peristiwa ini terjadi pada tahun ke-9 Hijrah setahun setelah peristiwa Fathu Makkah[6]. Syaikh Al Qaththan menambahkan bahwa saat itu pasukan muslimin terkumpul sekitar 30.000 orang melawan 100.000 orang pasukan Romawi, dan pada perang inilah kaum muslimin memberikan pengorbanan yang luar biasa, Utsman RA menyumbang 1000 dinar emas untuk peperangan, lalu datang Umar dengan setengah dari hartanya, dan Abubakar dengan menginfaqkan seluruh hartanya di jalan ALLAAH[7].

Malas Berjihad adalah Ciri Cinta Dunia
Dalam ayat ini ALLAAH Yang Maha Rahman, berkata Imam Abu Ja’far[8] bahwa makna “an-nafar” adalah: dari berangkat untuk berperang, sehingga maknanya adalah: Mengapakah kalian wahai orang beriman jika dikatakan kepada kalian keluarlah kalian untuk berjihad di jalan ALLAAH kalian berlambat-lambat karena lebih senang berada di negeri kalian atau di rumah kalian atau duduk-duduk saja[9]. Imam Al Baghawi menafsirkannya: Berangkatlah dengan bersegera dengan bersungguh-sungguh & bersemangat untuk mendukung hizbuLLAAH & menegakkan agama-NYA untuk membenarkan panggilan iman kalian[10]. Imam Al-Qurthubi menambahkan bahwa lafzh “ma lakum” merupakan harfu-istifham yang maknanya penegasan sekaligus celaan, sementara lafzh “tsaqaltum ilal ardh” artinya berlambat-lambat karena nikmat dunia[11], sementara Imam Al Baghawi menafsirkannya lebih suka tinggal di rumah kalian[12]. Sayyid Quthb memberikan gambaran yang mendalam tentang ayat ini, kata beliau: Ketahuilah bahwa beratnya dunia, keindahannya, perhiasan serta harta bendanya, semua itu akan membuat rasa takut akan kematian pada diri seseorang, takut kehilangan hartanya, takut kehilangan posisi & jabatannya, senang dengan istirahat & kemapanan, berat karena rencana-rencana jangka pendek yang telah dibuat serta tujuan-tujuan sesaat yang telah dirancang, yang kesemuanya mempengaruhi badannya, darahnya serta seluruh tubuhnya, sehingga seolah-olah ia menjadi terbenam ke dalam bumi, inilah makna yang tercermin dari potongan kata “tsaaqaltum”, yaitu bagaikan jasad yang telah terbenam, sehingga sulit untuk digerakkan, apalagi menerima komando untuk bangun & bergerak[13].

Malas Berjihad Menyebabkan Turunnya Adzab ALLAAH SWT
Berkata Imam At Thabari bahwa berfirman ALLAAH SWT mengingatkan kepada kaum mu’min dari golongan sahabat Nabi SAW, untuk tidak meninggalkan jihad, bersegera memenuhi panggilan qiyadah, dan taat kepada ALLAAH & Rasul-NYA, untuk melawan bangsa Romawi: Jika kalian tidak berangkat maka ALLAAH akan menyegerakan azab bagi kalian di dunia & mengganti kalian dengan kaum yang lain, yang tidak meninggalkan jihad, bersegera memenuhi panggilan qiyadah, serta taat kepada ALLAAH & Rasul-NYA[14]. Berkata Imam Al-Qurthubi bahwa ini adalah pernyataan yang amat tegas dan ancaman yang amat kuat bagi siapa-siapa yang meninggalkan jihad untuk menegakkan Kalimat ALLAAH[15]. Imam Al Alusy menyatakan bahwa jika kalian meninggalkan jihad, maka akan diazab dua kali yaitu di dunia & di akhirat lalu akan diganti dengan kaum lain yang lebih baik & lebih taat pada perintah jihad, karena DIA Maha Kaya dari membutuhkan kalian sedikitpun dan kemalasan kalian itu tidak berpengaruh terhadap ketetapan-NYA sedikit pun[16]. Imam Khazin menambahkan bahwa sebagian ulama menyatakan bahwa ayat ini telah di-nasakh oleh ayat QS 9:122, tetapi jumhur ulama menyatakan bahwa ayat ini muhkamat karena ia adalah khithab untuk semua, oleh sebab itu maka tidak ada nasakh baginya[17]. Ada seorang sahabat yang pada asalnya juga ingin mangkir, yaitu Abu Khaitsamah RA, namun saat ia pulang ke rumahnya ia melihat istrinya telah menyiapkan ranjang yang empuk, menyiapkan makanan yang enak & buah-buahan serta minuman yang dingin, lalu ia berkata pada dirinya sendiri: “RasuluLLAAH SAW di tengah sengatan panasnya matahari & kerasnya tiupan angin musim panas padang pasir, sementara Abu Khaitsamah di bawah naungan yang teduh, makanan yang enak dan istri yang cantik.. Tidak! Tidak boleh begini!” Lalu ia langsung membereskan perbekalannya dan memacu tunggangannya mengejar RasuluLLAH SAW dan pasukannya[18].
(Bersambung Insya ALLAAH…)
___
Catatan Kaki:
[1] ‘Umdatul Qari, XV/457
[2] Ini juga pendapat Imam Ibnu Katsir, lih. Tafsir Al-‘Azhim, IV/153
[3] Yaitu orang-orang munafik, beberapa kabilah Badui, dan 3 orang sahabat terkenal (Ka’ab Ibnu Malik, Hilal Ibnu Umayyah & Murarah Ibnu Rabi’)
[4] Tafsir Al Qaththan, II/138
[5] Ma’alimu Tanzil, IV/48
[6] Jami’ Li Ahkam, I/2431
[7] Tafsir Al-Qaththan, II/138
[8] Jami’ul Bayan, XIV/251
[9] Imam Ibnu Katsir menambahkan: Lebih suka menikmati wangi buah-buah an (asyik berbisnis/niaga), lih. Al-‘Azhim, IV/153
[10] Nuzhmud Durar, III/453
[11] Jami’ul Ahkam, I/2431
[12] Ma’alimu Tanzil, IV/48
[13] Azh-Zhilal, IV/30
[14] Jami’ul Bayan, XIV/254
[15] Jami’ul Ahkam, I/2432
[16] Madarikut Tanzil, I/444
[17] Lubab At-Ta’wil, III/269
[18] Tafsir Al-Qaththan, II/138


Tidak ada komentar:

Posting Komentar