Kamis, 09 Juli 2020

3 SUNNAH DALAM KEHIDUPAN

Memenangkan Kompetisi dalam Bisnis ~ Marketing.co.id


*Sunnah = Hukum Alam


Dalam kehidupan di dunia, selain ada aturan tertulis berupa Al-Quran, firman Allah swt dan aturan-aturan yang dibuat manusia untuk mengatur kehidupannya, ada juga aturan yang tidak tertulis, atau sering disebut juga hukum alam, yang dalam istilah Islam dikenal dengan sunnah (sunnatullah).

Ketiga hukum alam itu adalah: Hukum Berkompetisi (Sunnah Tanafus), Hukum Tolak Menolak (Sunnah Tadafu’), dan Hukum Pergiliran (Sunnatut Tadawul).

Hukum Berkompetisi (Sunnah Tanafus)

Kalau kita perhatikan dengan cermat, tidak ada kehidupan di dunia ini yang bebas dari kompetisi. Ilmu pengetahuan modern telah mengajarkan kepada kita bahwa pada semua makhluk, apakah itu tumbuhan, hewan, atau manusia berlaku hukum the survival of the fittest atau siapa yang kuat maka ialah yang akan bertahan.

Di Afrika sana, setiap pagi singa-singa berpikir, bagaimana caranya berlari lebih cepat dari rusa, supaya hari itu dia dapat makan dan tidak mati kelaparan.
Sementara si rusa pun sama berpikir, bagaimana caranya berlari lebih cepat dari singa, supaya hari itu dia tidak jadi santapan singa.

Dalam kehidupan manusia, kompetisi ini lebih terasa. Ya iya lah … kan kita manusia, jadi terasa. Ada kompetisi resmi, ini pun ada dua macam; ada yang diselenggarakan secara terbuka dengan peserta terdaftar. Seperti kompetisi olah raga, kompetisi membuat robot, kompetisi (lomba) memasak, dan lain-lain. Ada yang tertutup, tidak diselenggarakan secara terbuka, namun kompetisinya memang ada. Ini biasanya ada di dunia kerja (karir). Secara tertutup setiap karyawan di sebuah perusahaan sedang bersaing, berkompetisi meraih karir yang lebih baik, atau posisi yang lebih tinggi, dan ini resmi, formal, kecuali ada karyawan yang berbuat curang, cari jalan pintas untuk memenangkan kompetisi tersebut.

Ada kompetisi yang tidak resmi. Ini lebih tepat kalau disebut persaingan. Persaingan pedagang di pasar, persaingan preman di terminal berebut lahan parker, persaingan para mahasiswa berebut perhatian mahasisiwi cantik, hehe …, dan banyak lagi.

Kompetisi menjadikan hidup manusia lebih dinamis. Kompetisi menjadikan kita bergerak lebih bersemangat. Dalam dunia hewan dan tumbuhan, kompetisi alamiah membuat kehidupan alam ini berimbang.


Hukum Tolak Menolak (Sunnah Tadafu’)

Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam” (QS Al-Baqarah: 251)

Di alam kita mengenal predator, binatang pemangsa dalam sebuah ekosistem. Jika hewan kehilangan predatornya maka hewan itu akan berbahaya. Contoh: wereng sejak jaman dulu sudah ada. Wereng menjadi berbahaya ketika manusia menggangu predator wereng seperti menangkapi burung, membunuh katak dan lain-lain. Akibatnya rusaklah keseimbangan alam.

Di dalam islam, hal ini disebut dengan sunnah tadafu’, sunnah yang terjadi antar makhluk untuk saling ber-tadafu’, berkonfrontasi, berebut dan saling memangsa.

Dalam alqur’an, ayat tentang sunnah tadafu’ selalu berada dalam rangkaian ayat tentang jihad. Salah satunya adalah kisah fenomenal, tentang Thalut, Jalut dan Daud dalam surat Al-Baqoroh ayat 246 sampai dengan ayat 251.

Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: “Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi mereka menjawab: ”Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang kamu tidak akan berperang”. Mereka menjawab: ”Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?”. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling kecuali beberapa saja diantara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim.

Ketika muncul seorang penguasa zalim yang menindas rakyatnya dan membuat berbagai kerusakan di muka bumi, maka Allah Swt. mengirimkan kepadanya orang yang mengingatkannya dan menghentikan perbuatan zalimnya itu. Bisa jadi orang yang diutus Allah untuk menghentikan perbuatan si zalim itu adalah seorang yang adil, atau bisa juga orang yang zalim juga seperti penguasa itu.

Kapan Allah Swt. mengirim pemimpin dan penguasa yang adil? Jawabnya, ketika umat Islam mau kembali dan taat kepada hukum dan ketentuan Allah Swt. Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya,

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’raf: 96).

Allah Swt. mengutus Nabi Ibrahim as. kepada Namrud yang tiranis, mengirim Nabi Musa as. kepada Fir’aun yang sombong lagi menindas, menyuruh Thalut untuk melawan Jalut yang kejam, dan menghadirkan Nabi Muhammad saw. di tengah-tengah masyarakat Quraisy yang musyrik dan suka membunuh.

Jadi Sunnatu at-Tadafu’ merupakan sesuatu yang mesti ada dalam kehidupan dunia ini untuk mencegah kerusakan di bumi, sehingga sebagian manusia tidak melanggar hak asasi sebagian yang lain, dan si kuat tidak memangsa si lemah. Jika Sunnatu at-Tadafu’ ini tidak ada, maka dunia akan dikuasai oleh hukum rimba.

Hukum Pergiliran (Sunnatut Tadawul)

Ini pembicaraan seputar hukum pergiliran. Ini semacam siklus kehidupan. Bahwa roda kehidupan dunia sepanjang sejarahnya terus berputar tiada henti. Sejarah telah melemparkan manusia ke langit kebesaran, dan sebagiannya dilindas rodanya dengan kejam, kemudian kaidah pergiliran itu berlaku, orang-orang yang tadinya diatas tiba-tiba harus bergelimpangan dibawah, dan mereka yang tadinya berdarah-darah di bawah sekarang berkibar di puncak gunung kejayaan.

Untuk apa?

Apakah untuk menangisi kekalahan, seperti tumpah ruahnya kesedihan para sahabat saat mengalami kekalahan pada perang Uhud dalam bentuk isak tangis dan derai air mata? Padahal Allah swt telah mengingatkan,

Dan janganlah kamu merasa hina dan bersedih, sebab kamulah yang  lebih tinggi jika kamu beriman. Jika kamu tersentuh kekalahan (musibah), maka luka ( musibah) yang sama juga menimpa kaum yang lain. Demikianlah hari-hari (kemenangan) kami pergilirkan diantara manusia.” (QS. Ali Imran: 140)

Berbicara soal sunnatut tadaawul kita teringat dengan kisah Nabi Yusuf as.
Tumbuh dalam dekapan hangat kasih sayang orang tuanya.
Lalu dillemparkan ke dalam sumur oleh sauadara-saudaranya yang memendam bara iri dan dengki.
Kemudian diselamatkan oleh sekelompok orang dan dijual sebagai budak. Ia menjalani masa-masa remajanya di tengah keluarga seorang pembesar Mesir.
Lalu dipenjara karena mempertahankan kesuciannya dari godaan istri pembesar Mesir itu.
Hingga kemudian dibebaskan karena memiliki kemampuan tertentu dan diangkat menjadi perdana mentri.
Begitulah Nabi Yusuf as. dari ter-zalimi menjadi orang yang berkuasa.

From Zero to Hero

Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah apa yang ada di dalam diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’du: 11)

Ini memberikan kita paradigma, pertama pantangan untuk patah arang karena semenderita apapun kesusahan kita, selalu tersedia kesempatan untuk merubah keadaan menjadi lebih baik. Kedua, keharusan untuk menjadi pribadi yang terus bertumbuh. Ini agar kapasitas internal kita selalu bisa lebih besar dari realitas dan tantangan kita.

Jadi, sunnatut tadaawul sebenarnya adalah agar kita cermat menghitung, sudah seberapa banyak kita mengumpulkan syarat yang akan memantaskan kita menjadi bintang dilangit sejarah, dan bukannya malah mengeluh.

Itulah tiga hukum alam dalam kehidupan ini. Hukum yang mau tidak mau harus kita hadapi dan harus kita lewati. Termasuk wabah virus corona. Virus corona adalah makhluk Allah swt. Allah lah yang menggerakkannya. Munculnya virus corona sekarang, adalah bagian dari sunnatullah. Kehendak Allah swt. Entah itu sebagai ujian, teguran atau bahkan azab untuk kita, manusia.

Semoga kita diberi kesabaran melalui musibah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar