Selasa, 12 Maret 2019

Berubahlah !

Tahukah anda ada sebuah pulau, dengan penghuninya, yang sudah terisolir puluhan ribu tahun?
Ya, terislolir dari dunia luar pulau mereka, sehingga kondisi mereka saat ini dengan segala kebiasaan mereka, benar-benar tetap seperti puluhan ribu tahun yang lalu. Tidak berubah. Tidak tersentuh perkembangan modernisasi.

Suku Sentinel, mereka disebutnya. Tinggal di pulau Sentinel Utara, Pulau Sentinel Utara merupakan sebuah pulau yang ada dalam gugusan Kepulauan Andaman di Teluk Benggala, India.  (http://aceh.tribunnews.com/2018/11/23/5-fakta-suku-sentinel-di-kepulauan-andaman-suku-paling-berbahaya-yang-tak-jauh-dari-indonesia).

Pulau Sentinel Utara yang memiliki luas daratan sekitar 14.700 hektar ini dikelilingi laut dan sebagian besar wilayahnya berupa hutan.

Keterisoliran suku Sentinel ini sebenarnya karena sikap mereka sendiri yang tidak menerima orang asing memasuki wilayah mereka. Bahkan bukan hanya tidak menerima, tapi menyerang siapapun yang berusaha memasuki pulau mereka. Seperti yang dialami seorang turis asal Amerika John Chau yang meninggal dunia setelah dirinya menginjakan kaki di Pulau Sentinel Utara, Kepulauan Andaman. Dirinya tewas dipanah oleh Suku Sentinel.

Bukan tidak ada upaya dari pemerintah India untuk memperkenalkan modernisasi pada mereka. Sayangnya, masyarakat Sentinel tetap menolak kontak dengan dunia luar. Bahkan ketika antropolog meninggalkan hadiah dan sejumlah bahan makanan, Suku Sentinel membalasnya dengan hujan panah ke arah kapal.



Suku Sentinel yang terus menutup diri membuat pemerintah India memutuskan untuk meninggalkan Sentinel dan tidak lagi mencoba memperkenalkan modernisasi pada mereka. Sehingga sampai saat ini, abad ke-21, mereka kondisinya tetap berubah, sebagaimana kondisi ribuan tahun lalu.


Dalam kondisi yang lain, ketertutupan atau tidak mau berubah memang menyebabkan kita tertinggal. Sehingga Islam pun sangat menganjurkan umatnya untuk selalu berubah, berubah ke arah yang lebih baik tentunya. Seperti tertuang dalam ungkapan yang disampaikan sahabat Ali bin Abi Thalib ra.

“Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat.”

Kondisi hari ini sama seperti kemarin atau tidak berubah dikatakan merugi. Kata rugi dalam terminologi Islam berarti berdosa, seperti firman Allah swt dalam surat al-Ashr.  Yang dikatakan merugi dalam surat al-Ashr itu adalah orang yang tidak beriman, tidak beramal sholeh, dan tidak saling menasihati. Dan mereka yang tidak beriman, tidak beramal sholeh dan tidak saling menasihati adalah orang-orang yang berdosa.

Oleh karenanya Rasulullah saw berwasiat kepada kita untuk selalu bermuhasabah, menhisab diri, mengevaluasi diri,
“Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya, tentang masa mudanya, digunakan untuk apa, tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu.” (HR. Tirmidzi).

Keempat potensi hidup yang dimaksud Rasulullah saw dalam hadits di atas tentunya berkaitan pemanfaatannya, dari hari ke hari, apakah semakin baik atau stagnan, tidak melakukan perubahan?

Dan kita tentu tidak mau masuk ke dalam kategori orang yang merugi, karena kondisi hari ini sama saja dengan kondisi kemarin.

Manusia yang beruntung adalah manusia yang senantiasa memperbaiki diri dan selalu mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang kekal abadi kelak di akhirat, hakikat keberuntungan dan kesuksesan ialah manusia yang selamat kelak di yaumul akhir.

Dalam sebuah hadits disebutkan,
“Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata, “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT”. (HR. Imam Turmudzi).

Semoga bermanfaat.


@uripwid



Tidak ada komentar:

Posting Komentar