“Lik, kalau besuk kamu nggak bisa melunasi utangmu, lebih
baik kamu mengosongi rumah ini. Atau, aku yang akan mengosongi rumahmu ini”
ancam rentenir, Ahad pagi itu. Dunia makin terasa sempit bagi Malik. Sudah tiga
tahun ini ia bergelut dengan masalahnya, namun tak juga ia sanggup mengatasi
masalah-masalah yang membelitnya, termasuk hutang tersebut. Malik sudah
berusaha mencari pinjaman, tapi hasilnya nihil. Kurang dari 24 jam lagi rumah
satu-satunya itu akan disita.
Setelah si rentenir pergi, datanglah tamu kedua yang tidak
lain adalah istrinya sendiri. Sudah 2 tahun suami istri itu pisah ranjang.
“Kalau Abang belum juga menandatangani surat cerai saya,
insya Allah besuk siang ada yang akan datang menjemput paksa Abang. Jadi besuk
pukul 12 siang, saya tunggu di Pengadilan Agama untuk tanda tangan surat
cerai!” Malik makin bongkok mendengar tuntutan istrinya itu. Ah... kalau saja
si Malik tidak selingkuh. Ia masih ingat masa itu, ketika masih jaya-jayanya,
Malik punya hobi main judi dan minum. Ketika usahanya bangkrut, hobi itu
menjadi pelarian. Di tahun kedua ia main judi dan mabuk, terjadilah
‘perselingkuhan’ itu. Malik sudah menjelaskan bahwa ia selingkuh tidak sengaja,
tetapi istrinya tidak terima. Pulang ke rumah orangtuanya dan meminta cerai.
Setelah Asar, anak pertama datang ke rumah. “Pak, besuk aku
sudah nggak bisa sekolah lagi!”
“Kenapa?” tanya Malik
“Habis Bapak tidak membayarkan uang sekolah. Sudah tujuh
bulan nunggak.”
Malik semakin bingung. Tiga masalah menumpuk dan memuncak di
hari itu. Pikiran Malik semakin gelap seiring hari yang juga mulai gelap.
Akhirnya malam itu, Malik memutuskan untuk bunuh diri.
Untunglah Malik masih punya sedikit iman. Sebelum bunuh
diri, ia ingat belum Shalat Isya’. Sudah lama sebenarnya Malik tidak shalat,
dan ia ingin shalat untuk terakhir kalinya sebelum ia meninggal. Keinginan
untuk shalat ini rupanya adalah taufik dari Allah yang membuat Malik secara tak
sengaja mengamalkan 6 amalan yang diwasiatkan Rasulullah kepada umatnya jika
sedang dilanda gelisah. Fal yatawadh-dha’, langkah pertama adalah berwudhu.
Setelah berwudhu, tiba-tiba hati Malik mulai tenang. “Ya
Allah... saya belum pernah dapat ketenangan seperti ini!”
Malik kemudian menunaikan shalat Isya’. Langkah kedua dalam
wasiat Rasulullah: wal yushalli rak’atain dikerjakan oleh Malik. Meskipun yang
dimaksud dalam hadits tersebut adalah Shalat Hajat, namun esensinya sama dengan
Shalat Isya’ yang dilakukan Malik.
Setelah shalat, Malik melihat Al Qur’an di atas rak bukunya.
“Mengaji dulu ah, untuk terakhir kali,” kata Malik yang kemudian secara tak
sengaja membuka Surat Ali Imran ayat 26.
”Katakanlah, ‘Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau
berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan
dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki
dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Seakan-akan Allah mengatakan kepada Malik: “Lik, Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Kata siapa rumahmu akan disita jika Allah
mengamankannya? Kata siapa kau aka bercerai jika Allah menyatukan kalian? Kata
siapa anakmu akan putus sekolah jika Allah memberi rezeki? Semua keputusan ada
di tangan-Ku”
Namun Malik tetap belum percaya. Bagaimana mungkin uang 15
juta bisa ia dapatkan dalam hitungan jam. Bagaimana mungkin ia bisa kembali
harmonis dengan istrinya jika jam 12 besuk ia harus bercerai di pengadilan.
Kemudian Malik meneruskan bacaannya. Ternyata artinya:
”Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam.
Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari
yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki, tanpa batas.”
(QS. Ali Imran : 27)
Malik masih ragu. Ia pun membuka lembaran mushaf yang lain
dan membaca Surat Faathir ayat 2-3.
”Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa
rahmat, maka tidak ada seorangpun yan dapat menahannya; dan apa saja yang
ditahan oleh Allah, maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah
itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Hai manusia, ingatlah
akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan
rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka
mengapakah kamu berpaling?”
Setelah membaca ayat ini, Malik pun sadar. Ia memohon ampun
kepada Allah karena telah berniat bunuh diri yang dosanya sangat besar. “Kalau
semua urusan adalah kehendak Allah, saya tidak jadi bunuh diri deh,” kata Malik
sambil menutup mushafnya.
Malik kemudian mematikan seluruh lampu rumahnya, kecuali
kamarnya dan kamar anaknya. Ia ingin bermunajat kepada Allah. Yang ternyata,
itu amal keempat dalam wasiat Nabi setelah berwudhu, shalat dan membaca Qur’an.
Malik berdoa dengan khusyu’ memohon kepada Allah agar
rumahnya tidak jadi disita, tidak jadi cerai dengan istrinya dan anaknya bisa
tetap sekolah. Malik mengiringi doanya dengan membaca asmaul husna yang
dihafalnya: Ya Aziizu ya Hakiim, ya Ghafuru ya Rahiim.
Malik terus berdoa dan membaca asmaul husna hingga jam 1.
Mata terasa ngantuk, tetapi Malik tidak menyerah. Ia pun berwudhu dan membaca
Qur’an lagi. Kali ini ayat yang dibuka tepat tentang keutamaan taqwa dan
tawakkal. Surat Ath Thalaq ayat 2-3.
”Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya
Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu”
Selesai membaca ayat ini, Malik kembali berdoa. Namun, kali
ini doanya berbeda dari doa sebelumnya. Ia benar-benar bertawakkal dalam
doanya. “Ya Allah... ampuniah dosaku. Jika besuk para rentenir itu datang, aku
memasrahkan rumah ini. Aku telah menyerahkan semuanya kepadaMu...”
Setelah bertawakkal, kini Malik mendapatkan petunjuk untuk
melakukan amalan keenam yang diwasiatkan Nabi, yaitu wal yatashaddaq,
bersedekahlah. Malik ingat bahwa yang akan disita dalah rumahnya saja,
sedangkan isinya tidak. Maka ia pun berencana menyedekahkan isi rumah itu. Ia
akan keluar dari rumah itu hanya membawa pakaian saja.
Adzan Subuh terdengar. Malik yang sebelumnya lama tidak ke
masjid, kini pergi ke rumah Allah itu untuk shalat berjamaah. Selesai shalat,
dzikir dan doa, Malik tidak langsung pulang. Ia ingin terus menenangkan hatinya
di masjid. Ia pun membaca surat Al Waqi’ah. Ia pernah mendengar, siapa yang
membaca surat Al Waqi’ah akan dijauhkan dari kefakiran.
Tepat pukul 6 pagi, Malik keluar dari masjid. Begitu nyampai
rumah, ia melihat sudah ada orang yang menunggunya. “keterlaluan si rentenir,
janji datang jam 10, jam 6 sudah di sini,” kata Malik. Namun, ia tetap merasa
tenang. Tak lupa ia membaca basmalah.
Ternyata tamu pagi-pagi ini bukan rentenir, melainkan teman
lamanya. Singkat cerita, setelah saling sapa dan dibuatkan minum, sang teman
menyampaikan maksud kedatangannya.
“Sebenarnya gue ada order Lik. Elu kan jago naksir alat-alat
berat, bantu gue ya,” kata sang teman. Malik yang memang jago menaksir harga
dimintanya untuk menemani ke luar kota yang mau mengadakan lelang alat berat.
“Maaf, nggak bisa. Gue lagi males,” jawab Malik.
“Aduh Lik, tolong dong... bisa rugi gue kalau elu nggak
ikut”
Karena Malik tidak mau ikut temannya, ia pun iseng
mengatakan, “Begini, deh. Kalau memang elu mau tetap ngajakgue juga, siapkan
duit 50 juta cash di meja gue”
Perkiraan Malik, tidak mungkin temannya menyanggupi hal itu.
Namun bagi Allah, semuanya bisa terjadi atas kehendakNya. Kun fayakun.
“Lik, kalau 50 juta mah nggak ada. Tapi kalau 25 juta ada,
pagi ini cash pun gue siapin”
“Tolong diulang yang tadi,” kata Si Malik yang tersedak
mendengar kesanggupan sang teman.
“Kalau 25 juta, bisa langsung gue siapin. Cash”
Alhamdulillah... selesailah masalah pertama. Masalah utang
15 juta itu beres, bahkan ada sisa 10 juta. Tinggal dua masalah lagi. Istri dan
anak.
Rupanya, ketika Malik berdoa di malam hari, anaknya yang
bungsu tak bisa tidur, ia nangis terus. Orang tua dari istri Malik menyarankan
agar si anak dipertemukan dengan Malik pagi-pagi. “Barangkali anakmu kangen
bapaknya, ajaklah bertemu besuk pagi sebelum kalian bercerai.”
Setelah mendapatkan uang 25 juta tersebut, datanglah si
istri ke rumah Malik sesuai saran orangtuanya. Malik tersenyum lebar
menyambutnya. Si istri pun terheran-heran. Namun belum lagi hilang
penasarannya, Malik segera memeluknya dan berkata: “Alhamdulillah, Mah, kita
selamat!”
“Selamat apa Bang?”
“Abang dapat duit, nih 25 juta. Mamah tahu kan rumah kita
diincar rentenir gara-gara utang Abang 15 juta. Ini uang 15 juta nanti Mamah
pegang, bayarkan ke rentenir biar nggak datang lagi selamanya. Katanya mau
datang jam 10. Sisanya kita bagi dua. 5 juta buat ongkos Abang ke Riau, yang 5
juta Mamah pegang buat urusan anak-anak. Selama Abang di Riau, tolong jaga
anak-anak ya”
“Iya Bang” entah mengapa tiba-tiba kata-kata itu yang keluar
dari bibir istrinya. Istri yang tadinya bersikeras meminta cerai tiba-tiba lulu
hatinya.
Permasalahan kedua pun selesai. Tinggal permasalahan ketiga,
yaitu masalah SPP anak. Masalah ini justru yang paling ringan karena tunggakan
SPP hanya 7 bulan, sebulannya Rp 50 ribu. Jadi totalnya hanya Rp 350 ribu.
[Disarikan dari Buku Kun Fayakun 2 karya Ustadz Yusuf Mansur]
Allahu akbar subhanallah
BalasHapus