- Tidak tumbuh dengan tiba-tiba;
- Tidak ada secara kebetulan;
- Tidak diciptakan dalam sehari semalam. Begitu pula, ia
- Tidak muncul dari hasil sebuah anugerah yang mengubah watak segala sesuatu dalam sekejap atau sekilas.
- Tumbuh secara alami, dan
- Pelan-pelan, sebagaimana pohon yang menjulang dan menghunjam akarnya itu tumbuh.
- Perkembangannya memakan waktu yang lazim, sebagaimana ia
- Memerlukan al-juhd (jerih payah) yang:
- Al-Maushul (kontinyu),
- Ats-Tsabit (Tetap), dan
- Al-Muththarid (Konstan) demi perkembangan ini.
- Ia memerlukan:
- Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),
- Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan
- Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:
- Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),
- Tasydzib (memangkas yang kelebihan),
- Taujih (pengarahan),
- Daf’ (mendorong, memotivasi),
- Taqwiyah (penguatan), dan
- Tatsbit (peneguhan).
- Ia memerlukan:
- Tajarib waqi’iyyah marirah (pengalaman-pengalaman riil yang pahit), dan
- Ibtila-at syaqqah mudhonniyah (ujian-ujian yang berat dan meletihkan); yang tetap disertai pengarahan untuk mengambil pelajaran dari berbagai pengalaman dan ujian ini.
Di dalam semua usaha di atas termanifestasi ri’ayah ilahiyah (maintenance ilahi) terhadap jama’ah pilihan – atas dasar pengetahuan – untuk memikul amanah terbesar ini dan merealisasikan kehendak Allah di muka bumi.
Padahal, pada jama’ah ini terdapat:
- Al-Fadha-il al-kaminah (berbagai keutamaan), dan
- Alisti’dadat al-maknunah (potensi-potensi yang tersimpan) di dalam generasi tersebut.
Dengan ini semua, cahaya yang mengagumkan itu memancar dalam sejarah manusia; dan terealisir-lah hakikat yang tampak dari jauh seolah-olah mimpi yang mengepak-ngepak di dalam hati, atau mimpi-mimpi yang melayang-layang di dalam imajinasi!
(Sayyid Qutb, Fi Zhilal Al-Qur’an, jilid VI hal. 3337)
.......
Dalam kalimat di atas, Sayyid Qutb –rahimahullah- menjelaskan bagaimana jama’ah Sahabat Nabi Muhammad SAW terjadi pada waktu itu.
Ada empat bagian yang disorot oleh Sayyid Qutb –rahimahullah.
- Pertama: Jerih payah dan usaha nabi Muhammad SAW sebagai murabbi yang dikerahkan dalam mentarbiyah mereka.
- Kedua: Aspek ri’ayah ilahiyah.
- Ketiga: Potensi para sahabat nabi itu sendiri.
- Keempat: Situasi dan Kondisi.
- Pertama: Ada faktor ri’ayah ilahiyah (maintenance ilahi).
- Kedua: Potensi dan fadhail sahabat yang luar biasa.
- Ketiga: Situasi dan kondisi yang telah disiapkan sedemikian rupa oleh Allah SWT.
- Keempat: Sosok sang murabbi, yaitu Rasulullah SAW.
- Tumbuh secara alami, dan
- Pelan-pelan, sebagaimana pohon yang menjulang dan menghunjam akarnya itu tumbuh.
- Perkembangannya memakan waktu yang lazim, sebagaimana ia
- Memerlukan al-juhd (jerih payah) yang:
- Al-Maushul (kontinyu),
- Ats-Tsabit (Tetap), dan
- Al-Muththarid (Konstan) demi perkembangan ini.
- Ia memerlukan:
- Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),
- Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan
- Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:
- Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),
- Tasydzib (memangkas yang kelebihan),
- Taujih (pengarahan),
- Daf’ (mendorong, memotivasi),
- Taqwiyah (penguatan), dan
- Tatsbit (peneguhan).
- Ia memerlukan:
- Tajarib waqi’iyyah marirah (pengalaman-pengalaman riil yang pahit), dan
- Ibtila-at syaqqah mudhonniyah (ujian-ujian yang berat dan meletihkan); yang tetap disertai pengarahan untuk mengambil pelajaran dari berbagai pengalaman dan ujian ini.
Tentu, berbagai hal yang diperlukan lebih besar dan lebih hebat lagi, dan yang terpenting:
- Perjalanan da’wah dan tarbiyah kita masih panjang, karenanya:
- Jangan terburu-buru, serta, jangan lupa, sekali lagi, pada:
- Al-‘Inayah as-sahirah (perhatian yang teliti),
- Ash-Shabru At-Thawil (kesabaran yang panjang), dan
- Al-Juhdu al-bashir (usaha yang jeli) dalam:
- Tahdzib (membersihkan dan membuang yang tidak baik),
- Tasydzib (memangkas yang kelebihan),
- Taujih (pengarahan),
- Daf’ (mendorong, memotivasi),
- Taqwiyah (penguatan), dan
- Tatsbit (peneguhan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar