Minggu, 21 November 2010

Kepada Tetangga Masjid Dan Yang Mendengarkan Adzan

Ada karyawan sebuah perusahaan yang karena malas tidak masuk kerja kecuali seminggu sekali. Ketika direktur memintanya agar datang tiap hari ia menolak dan mengatakan akan melakukan tugas-tugas kantornya di rumah! Hukuman apa yang pantas bagi karyawan tersebut? Bukankah ia pantas di-PHK?

Selanjutnya bagaimana halnya dengan seorang muslim yang tidak mau memenuhi panggilan Allah ke masjid untuk shalat berjamaah kecuali sehari dalam seminggu (hari Jum'at), atau sebulan dalam setahun (saat Ramadhan) dan ia ingin melakukan kewajiban yang agung itu di rumahnya. Pantaskah ia mendapat rahmat Allah?

Allah Lebih Agung dari Segala Sesuatu

Meninggalkan shalat berjamaah adalah pertanda lemahnya iman dan kosongnya hati dari mengagungkan Allah. Betapa tidak, pantaskah seorang muslim yang imannya benar, ketika mendengar seruan sehari lima kali 'hayya alash shalah' dia tidak mendatanginya?

Lebih dari itu, dia juga mendengar seruan 'Allahu Akbar' (Allah Lebih Agung), tetapi baginya permainan lebih besar dan penting, menyaksikan film dan pertandingan lebih penting, jual beli lebih penting dan kesibukan-kesibukan dunia lainnya lebih penting. Na'udzu billah.

Masjid adalah tempat yang paling suci di muka bumi, dan mensyi'arkannya dengan shalat serta dzikrullah adalah di antara sebab yang mendatangkan rizki, sesuatu yang dicari oleh para pemuja materi tetapi tidak mereka sadari.(An-Nur: 36-38).


Kehidupan Sehari-Hari Yang Islami


Syaikh Abdullah bin Jaarullah bin Ibrahim Al-Jaarullah



KATA PENGANTAR
Saudaraku...
Dengan penuh pengharapan bahwa kebahagiaan dunia dan akhirat yang akan kita dapatkan, maka kami sampaikan risalah yang berisikan pertanyaan-pertanyaan ini ke hadapan Anda untuk direnungkan dan dijawab dengan perbuatan.

Pertanyaan-pertanyaan ini sengaja kami angkat ke hadapan Anda dengan harapan yang tulus dan cinta karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, supaya kita bisa mengambil manfaat dan faedah yang banyak darinya, disamping itu sebagai bahan kajian untuk melihat diri kita, sudah sejauh mana dan ada dimana posisinya selama ini.
Saudaraku...
Risalah ini dinukilkan dari buku saku yang sangat bagus dan menawan yaitu Zaad Al-Muslim Al-Yaumi (Bekalan Muslim Sehari-hari) dari hal. 51 - 55, bab Hayatu Yaumi Islami yang diambil dari kitab Al-Wabil Ash-Shoyyib oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah dan diterjemahkan oleh saudara kita Fariq Gasim Anuz semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala membalasnya dengan pahala dan surga-Nya.